Selasa, 02 Desember 2014

#syukur


Bersyukur, menurut definisinya adalah berterima kasih, mengucapkan syukur. Sikap ini sebagai bentuk terima kasih kita atas suatu pemberian kepada pihak yang memberi. Dengan sikap "tahu berterima kasih", maka diharapkan akan melipatgandakan pemberian dari si pemberi. Hal ini tidak hanya berlaku antar manusia, tetapi juga berlaku antar manusia dengan Tuhannya.

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (Q.S. Ibrahim : 7)

Namun cukupkah ekspresi syukur kita hanya berupa ucapan terima kasih atau pujian kepada si pemberi? tentu saja tidak. Sikap terima kasih kita harus disertai dengan tindakan yang menggambarkan rasa syukur kita terhadap si pemberi, hal ini tidak terkecuali bersyukur atas kehadiran anak sebagai titipan Tuhan.

"Didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu" (Umar bin Khattab RA)

Umar bin Khattab RA pada abad ke 7 Masehi melontarkan pernyataan yang sangat terkenal. Pernyataan beliau mengingatkan kepada para orang tua agar tidak hanya berhenti pada ucapan terima kasih kepada Tuhan atas titipan anak yang diberikan. Lebih dari itu, orang tua dituntut agar mempersiapkan anak-anak mereka agar dapat bersaing di zamannya. Bukankah Tuhan sudah memberikan tugas kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi. Khalifah sebagai penguasa yang mengatur apa-apa yang ada di bumi, seperti tumbuhannya, hewannya, hutannya, airnya, sungainya, gunungnya, lautnya, perikanannya dan seyogyanya manusia memiliki kecakapan atas itu.

Sehingga anak-anak yang dititipkanNya seharusnya bukan hanya sebatas disambut dengan ucapan syukur atau malah hanya sebatas kebanggaan karena sudah memiliki momongan, namun tanggung jawab kita sebagai orang tua menjadikannya individu yang unggul pada zamannya, begitu juga harapan kami kepada klik kecil-klik kecil kami kelak.